Jumat, 05 Desember 2008

Dewa Penolong dari Bandung

Saat aku menemukan kekuatan untuk bangkit, aku mencoba kontak teman-teman dan beberapa referen yang ada di Bandung. Alhamdulillah dengan bantuan mereka, aku mendapatkan job sebagai tenaga editing & layout freelance di sebuah penerbit. Kerjaku di rumah. Dan hanya pergi ke Bandung untuk mengambil dan menyerahkan naskah aja. Aku merasa menemukan duniaku kembali.
Tengkyu ya kuucapkan to sobat-sobatku.

Sampai suatu ketika, aku kedatangan beberapa teman baikku dari bandung yang segaja berkunjung.
Salah seorang dari mereka, mungkin karena kehabisan uang, menawarkan sebuah kamera digital poket kepadaku dengan harga relatif murah.
Sebetulnya sih saat itu aku lagi ga punya duit. Tapi kasihan juga pada temanku itu. Aku utarakan hal itu pada istriku, kali-kali aja dia punya simpenan. Dikasih juga sih, walau harus melalui perdebatan sengit. Karena memang uang yang diminta oleh temenku pas sekali dengan jumlah uang simpenan istriku. Jadi kalo kamera itu dibeli, kami dah gak punya simpenan uang lagi. Jadi kami sekeluarga harus siap-siap puasa lagi.
Tapi pada akhirnya kubeli juga tuh kamera, setelah sebelumnya kuyakinkan istriku bahwa dalam beberapa hari uangnya pasti kuganti. Walau hari-hari berikutnya istriku slalu nyindir. Katanya ngapain beli barang yang gak begitu penting. Mending uangnya dipake buat makan. Ditambah lagi, janjiku meleset ga bisa ganti uang istriku gara-gara kerjaanku belum dibayar. Terpaksa deh pinjem sana-sini buat makan.

Ceritanya, mulai saat itu, tuh kamera dah jadi musuh istriku, jadi daripada nanti dibanting, mending disimpen rapat-rapat di laci. Jarang aku gunakan, karena tiap kali aku mo make, istriku suka mendelik.

Kwaciaan deh, kameraku sayang, kamera yang malang. Tapi aku yakin, suatu saat kamu bisa bermanfaat.
*****

Tidak ada komentar: